Sumsel Siap Jadi Pusat Produksi Ayam dan Telur Berkualitas, Ketua PDHI Sumsel Dorong Sertifikasi Menuju Pasar Global

Sumsel.Wartadaerah.com, Palembang — Telur dan daging ayam sejak lama menjadi dua komoditas pangan strategis yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir setiap rumah tangga, dari desa hingga kota, mengandalkan dua produk unggas ini sebagai sumber utama protein hewani. Selain harganya terjangkau dan bergizi tinggi, produk ini juga mudah diolah dan tersedia sepanjang waktu.

Namun, bagi Sumatera Selatan (Sumsel), telur dan ayam memiliki makna yang jauh lebih besar. Keduanya bukan hanya urusan dapur, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam mendukung kedaulatan pangan nasional dan peluang besar menuju pasar global.

Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Pengurus Wilayah Sumatera Selatan, drh. H. Alfin Suhanda, menegaskan bahwa Sumsel memiliki posisi strategis dalam peta produksi unggas nasional.

“Telur itu bisa disebut multivitamin alami karena kaya asam amino esensial, sementara daging ayam merupakan sumber protein favorit masyarakat. Sumsel memiliki daerah lumbung unggas yang potensinya luar biasa, seperti Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin. Daerah-daerah ini mampu memasok kebutuhan lokal bahkan provinsi tetangga,” jelasnya.

Meski memiliki potensi besar, tantangan Sumsel kini bukan hanya meningkatkan produksi, tetapi juga meningkatkan daya saing global. Menurut Alfin, kunci utamanya terletak pada sertifikasi dan jaminan mutu produk.

“Konsumen modern, baik dalam negeri maupun luar negeri, semakin peduli pada aspek higienitas, keamanan, dan keberlanjutan. Karena itu, sertifikasi bukan lagi sekadar formalitas, tapi syarat mutlak agar ayam dan telur kita bisa bersaing,” tegasnya.

PDHI Sumsel bersama Otoritas Veteriner berperan aktif mendorong peternak dan pelaku usaha untuk memenuhi tiga standar emas dalam produksi unggas:

1. Memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sebagai bukti legalitas dan standar pengelolaan.

2. Memproduksi unggas dan telur bebas Salmonella.

3. Menjamin produk bebas residu antibiotika.

Tiga syarat inilah yang menjadi tiket utama menembus pasar ekspor, sekaligus meningkatkan nilai tawar peternak lokal.

Puncak komitmen tersebut diwujudkan melalui Deklarasi Sertifikasi Serentak dalam rangka Hari Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasional. Acara ini berlangsung di Kandang Agro Jovin, Pulau Harapan, Banyuasin, 12 September 2025, dihadiri Gubernur Sumsel dan Wakil Bupati Banyuasin.

Dalam deklarasi itu ditegaskan beberapa komitmen penting:

– Sumsel siap menjadi pusat produksi ayam dan telur yang sehat, aman, dan berkualitas.

– Seluruh unit usaha peternakan diarahkan menuju sertifikasi NKV, Good Farming Practices, bebas Salmonella, dan bebas residu antibiotika.

– Produk unggas Sumsel ditargetkan menembus pasar ekspor.

– Peternakan lokal menjadi kekuatan nasional yang lahir dari Sumsel untuk Indonesia dan dunia.

Alfin menambahkan, keterbatasan APBD memang menjadi tantangan tersendiri. Karena itu, dibutuhkan kemandirian dan kolaborasi lintas sektor.

“Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator. Tapi keberhasilan ekosistem peternakan modern bergantung pada kolaborasi peternak, koperasi, perguruan tinggi, asosiasi, dan swasta. Sinergi inilah yang akan melahirkan peternak modern yang tangguh dan kompetitif,” ujarnya.

Alfin optimistis, Sumsel mampu menjadi motor penggerak kedaulatan pangan nasional dan pemain penting di pasar internasional.

“Dari peternakan rakyat, kita bangun kekuatan pangan nasional. Dari ayam dan telur, kita hadir di meja makan dunia,” tutupnya.(Ril)