Tren Minum Kopi Bagi Kaula Muda

Minum kopi bagi kawula muda Lampung telah menjadi gaya hidup, didukung menjamurnya warung kopi atau istilah kerennya kafe di sentra penghasil kopi Robusta terbesar di Indonesia itu.

Yang dijual bukan hanya kopi Lampung, sehingga kawula muda akan bisa menikmati kopi dengan aroma khas dan rasa terbaik.

Pemerintah setempat juga tak ketinggalan, mendorong penggunaan produksi kopi Lampung, baik bagi instansi pemerintah maupun usaha swasta. Tujuannya mengangkat nama  kopi Lampung sekaligus meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani setempat.

Menjamurnya gerai, kedai, maupun kafe bertema kopi di Bandarlampung menunjukkan bahwa kopi asli Lampung dapat diterima oleh berbagai kalangan, termasuk kawula muda Lampung.

Kopi, kini tidak terbatas hanya dinikmati di warung kopi, namun juga di kedai kopi modern dengan varian kopi kekinian.

Salah satu kedai kopi modern atau sering dikenal oleh kawula muda sebagai kafe kopi yang menarik perhatian, ialah Hardi`s Coffie. Lokasinya di persimpangan Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Jenderal Suprapto Tanjung Karang Pusat.

Kafe itu mengusung konsep kaca dan kayu sebagai arsitektur bangunan kedai kopi modern. Tampak mencolok bagi pelanggan.

Seorang pramusaji, Rafli, mengatakan hadirnya interior kafe yang memadupadankan aspek kayu, kaca, dan sisa bangunan rumah lama sehingga berkesan unik, menjadikan tempat itu salah satu daya tarik pengunjung untuk menikmati kopi.

Dengan mengusung konsep desain kafe modern, pelanggan dimanjakan sajian utama berupa menu kopi, sedangkan menu lainnya camilan, makanan olahan nasi dan mi.

Salah satu pengunjung, Lisa (23), menyebutkan harga kopi terjangkau, dibanderol Rp18.000 sampai Rp20.000 per gelas. Harga camilan dan makanan lainnya juga terjangkau sehingga ideal bagi pengunjung yang datang berombongan.

Kebanyakan kedai kopi modern ataupun kedai tradisional di Bandarlampung menggunakan bahan baku biji kopi Robusta asli Lampung untuk menghasilkan secangkir kopi.

Provinsi Lampung salah satu penghasil kopi Robusta terbesar di Indonesia dengan produksi 100.000 ton per tahun.

“Untuk bahan kami menggunakan kopi asli Lampung supaya pembeli juga makin mengenal kopi khas daerahnya sendiri,” ujar Rafli.

Alasan kafenya memilih gula aren sebagai campuran kopi, supaya rasanya tetap kuat.

“Kopi lebih `creamy` dan `soft` ketika diminum karena sekarang yang jadi tren itu kopi susu gula aren, selain kopi Doppio dan Ekspresso yang biasa digemari,” kata dia.

Kedai kopi modern lainnya di Kota Bandarlampung, yakni gerai Kofitamin di depan salah satu swalayan di Jalan HOS Cokroaminoto.

Tempat itu mengusung konsep gerai “take away” (langsung pesan dan ambil) yang merupakan tren usaha kekinian.

Ciri khas sajian minuman kopi di gerai itu, mencampurkan kopi jenis Arabika dan Robusta asli Lampung dengan perbandingan 50:50 agar aroma dan rasa kopi lebih kuat, serta konsisten.

Meskipun terbilang gerai yang baru, dalam sehari Kofitamin menjual 20 cangkir racikan kopi dengan berbagai varian.

Motivasi pemiliknya, Roni, membuka gerai kopi “take away” tiga bulan lalu itu, berawal dari kecintaan terhadap kopi.

Baginya, kopi bukan sekadar minuman sekali teguk, namun memiliki berbagai nilai filosofis.

Dengan meminum kopi bersama kolega akan banyak relasi yang dapat dibentuk dan dapat menghargai proses panjang pembuatan kopi sejak ditanam hingga pengolahan.

“Sebagai salah satu bentuk nyata analogi kehidupan kita,” ucapnya.

Roni juga merasa banyak muda-mudi Lampung mulai menghargai, mengerti, dan menjadikan minum kopi sebagai gaya hidup.

“Bagi saya, respons masyarakat akan kopi sudah baik, sudah banyak yang tidak asal minum saja, tapi sudah mempertimbangkan rasa, aroma, dan jenis kopi apa yang disajikan,” katanya.

Aroma kopi bisa berbeda-beda, sesuai tanah dan tanaman apa yang ada di dekatnya. Kopi Lampung salah satu jenis yang mempunyai aroma khas.

Dengan melihat tren tersebut, Kofitamin melakukan banyak inovasi rasa sehingga menghasilkan beberapa varian rasa kopi kekinian yang ditakar dengan teliti.

Varian tersebut, antara lain kopi susu dengan campuran gula aren, kopi santan, dan kopi susu thai.

Sama halnya dengan kebanyakan gerai kopi di Bandarlampung, bahan yang digunakan banyak didapat dari sekitar Lampung, seperti gula aren berbentuk batok kelapa dipasok dari Talang Padang, pasokan kopi bubuk dan santan pun berasal dari pemasok daerah sehingga rasanya dijamin konsisten.

Selisih Harga

Sampai dengan saat ini, masih terjadi selisih harga yang cukup besar bagi penikmat kopi untuk menikmati satu cangkir kopi Lampung.

Di kedai modern, harga secangkir kopi Rp18.000 hingga Rp50.000 per gelas, sedangkan di warung kopi pinggir jalan yang mulai banyak ditemui, harganya Rp3.000 hingga Rp10.000.

 Seorang penikmat kopi Lampung, Hanu (22), menyebut adanya selisih harga tersebut.

“Kalau menurut saya, ada selisih harga yang cukup besar sih kalau dilihat dari beberapa kafe atau warung kopi,” ujarnya.

Apalagi, untuk kafe yang sudah punya nama, harganya bertambah mahal, meskipun kopi yang dipakai sama.

Ia memperkirakan hal itu terjadi karena perbedaan dalam cara mengolah.

“Di kafe kan ada baristanya, proses ngolahnya juga lebih rumit kan. Mungkin itu yang memengaruhi jadi mahal, selain lokasinya,” katanya.

Meskipun secangkir kopi Lampung dibanderol dengan harga yang berbeda-beda, animo masyarakat minum kopi tak berkurang, terutama kawula muda.

Kafe dan warung kopi yang tak sepi pengunjung menjadi kabar baik bagi petani kopi.

Meningkatnya minat kawula muda minum kopi secara tak langsung akan mendorong peningkatan produksi biji kopi Lampung.

Dinas Perkebunan dan Perternakan Provinsi Lampung mengestimasikan produksi biji kopi Robusta Lampung 104.716 ton dengan luas tanam 136.014 hektare.

Gubernur Lampung M. Ridho Ficardo mengeluarkan Surat Edaran Nomor 046.2/2123/4.22/ 2018 tentang Penggunaan Produk Kopi Lampung untuk mendorong dan meningkatkan produksi kopi Robusta Lampung.

Ia meminta semua instansi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, perusahaan swasta, perhotelan, restoran, penyelenggaraan pertemuan, rapat, dan lainnya menyajikan kopi Lamung dalam berbagai kesempatan.

Ekspor kopi Robusta tetap berlangsung, petani tetap memproduksi biji kopi, kawula muda dan kaum tua tetap suka minum kopi, serta pemerintah mengeluarkan regulasi yang terkait dengan kopi.

Hal itu akan menjadi pendorong utama mempertahankan Lampung sebagai penghasil kopi Robusta terbesar di Indonesia. (Ant)